Harap klik dibawah ini !!

Harap Klik disini !!

Kamis, 25 Juli 2013

MEDIA KAYU

BUDIDAYA JAMUR MEDIA KAYU GERGAJIAN



Jamur Tiram, Kuping, Shiitake dan lain-lain merupakan jenis jamur kayu edible yang sering dibudidayakan saat ini. Budidaya jamur kayu edible sebagai penambah ekonomi keluarga dengan memanfaatkan lahan pekarangan (lahan tidak subur) dan pemanfaatan tenaga keluraga sebagai (tidak langsung) pekerja. Lain dari itu, jamur berfungsi sebagai individu pendaur ulang limbah serbuk kayu gergajian (selanjutnya disebut serbuk kayu) atau semua bahan limbah yang masih mengandung senyawa lignoselulotik seperti kulit kacang tanah, sepak tebu, jerami, seresah daun, tongkol jagung, buangan dahan atau pohon yang telah mati di hutan dan lain-lain.
Di Indonesia sumber tenaga kerja, sumber daya alam (pekarangan) di pedesaan dan limbah lingo-selulotik tersedia dalam jumlah yang cukup. Lain dari itu secara topografi Indonesia memiliki banyak dataran tinggi yang mempunyai kelembaban udara yang tinggi dengan temperature yang rendah. Keadaan yang demikian ditambah dengan adanya 2(dua) musim yaitu kemarau dan hujan tanpa disertai musim salju seperti halnya di Negara 4 (empat) musim sehingga memberikan kesempatan yang amat baik bagi semua masyarakat Indonesia untuk melakukan budidaya jamur sepanjang tahun.

Beberapa hal penting dalam budidaya jamur kayu edible, yaitu :
  1. Syarat Tumbuh
Jamur kayu biasanya menghendaki temperature lingkungan berkisar antara 24o-26oC dengan kelembaban udara berkisar RH 80-90%. Untuk itu ketinggian tempat berkisar, antara 600-1000 meter dari permukaan laut atau lebih. Lain dari itu kecepatan angina rata-rata harus relative lambat, karena itu akan berpengaruh langsung terhadap kelembaban di tempat itu.

  1. Bibit Jamur
Bibit jamur kayu yang akan dibudidayakan sebaiknya diperoleh dari perusahaan yang memang mengembangkan jamur kayu edible. Ini untuk menghindari bbit yang meragukan terutama karena ada jenisa jamur yang beracun. Biasanya bibit yang diinokulasi ke polybag ada dalam tahap F3

  1. Tata Cara Pembuatan Bibit F2 dan F3


Penggunaan autoklaf
Autoklaf sebenarnya bukan kukusan tetapi bertekanan dan dilengkapi dengan manometer (untuk mengetahui besar tekanan uap air di dalamnya). Selain itu disertai dua buah klep (valve) Satu klep berfungsi sebagai safety valve/pengaman (supaya tidak meledak bila pemakai lengah sehingga tekanan melebihi batas yang telah diatur/diinginkan sesuai kemampuan alat ini) dan satu lagi berfungsi untuk exhaust valve/pengeluaran.
Membuat bibit F1
Untuk membuat bibit F1 perlu membuat cetakan spora (spore print). Jamur yang cukup tua diletakkan di atas kertas atau plastic yang telak diolesi media. Spora yang jatuh ke permukaan media di atas kertas/plastic tersebut akan membentuk cetakan spora (mirip sidik jari). Jika spora sudah disterilisasi dapat ditanam pada media PDA sehingga tumbuh misselium. Itu artinya bibit F1 sudah tersedia.

Membuat bibit F2 dan F3
Media untuk bibit F2, F3 dan polybag sama, yaitu terdiri dari serbuk kayu gergajian 80%, bekatul 20%, CaCo3 1%, RH 60-65%, pH 6,8-7,2 (diatur dengan CaCo3 atau CaO). Campuran ini diatur kelembaban berkisar antara 60-65%, yaitu dengan penambahan air. Walaupun demikian ada juga yang menambah campuran tadi dengan bahan lain seperti urea, KH2PO4 dan lain-lain.
Proses sterilisasinya sama dengan sterilisasi F1, yaitu menggunakan autoklaf hanya saja waktu sterilisasinya perlu ditambah 5-10 menit karena serbuk kayu merupakan bahan yang bersifat isolator atau tidak mudah menyalurkan panas. Biasanya bibit F1 yang diinokulasikan/dimasukkan untuk starter F2 tidak banyak, yaitu sekitar 1cm2. Bila inokulasi ini berhasil, maka dalam 2(dua) minggu seluruh permukaan media F2 di dalam botol bekas saus akan dipenuhi miselium. Kalau keadaan bibit F2 sudah benar-benar penuh miselium, maka tiba saatnya membuat bibit F3.
Media bibit F3 komposisinya sama dengan F2. Sekitar 1 9satu) sendok the F2 diinokulasikan ke media F3 secara antiseptic. Bila dalam dua minggu miselium sudah memenuhi seluruh permukaan media bibit F3, maka tiba saatnya diinokulasikan ke polybag.
Untuk polybag dengan berat sekitar 1 (satu) kg dan ukuran kantong plastic 28 x 15 cm, memerlukan waktu 1-2 bulan untuk setiap berproduksi tetapi waktu ini sangat bergantung pada jenis dan keadaan lingkungan. Kesiapan untuk berproduksi ditunjukkan dengan penuhnya miselium di seluruh permukaan polybag.
Perlu diingat, bahwa kantong plastic yang digunakan untuk mengemas media dalam polybag (juga disebut dengan nama baglog) terbuat dari palstik jenis Poly Propilene (PP) dengan ketebalan 0,05 mm atau lebih. Jika disterilisasi polybag yang dibuat mempunyai volume atau berat polybag lebih berat dari 1 (satu) kg, maka waktu sterilisasi harus diperpanjang. Untuk skala industri rumah tangga, biasanya digunakan drum bekas ole. Dengan alat sterilisasi seperti ini polybag harus menggunakan waktu yang lebih lama, biasanya sekitar 5-8 jam dalam keadaan mendidih. Sebab itu waktu dilakukan sterilisasi air dalam drum jangan sampai habis kaerna plastic dan serbuk kayu akan terbakar. Jika kompor/api sudah dimatikan jangan terburu-buru mengeluarkan polybag, melainkan biarkan dulu sampai temperature agak turun (hangat)
  1. Penenaman Bibit untuk Memperoleh Tubuh Buah
Setiap polybag diisi kira-kira 1 kg dan selanjutnya polybag diberi cincin plastic(ring), atau potongan pipa PVC ata potongan bamboo dipasang di mulut polybag dan ditutup dengan kapas berlemak. Pengisian bibit sebaiknya dilakukan di dalam kondisi antiseptic (kalau mungkin ruang sterilisasi menggunakan lampu Ultra Violet Germicides). Tata cara antiseptic perlu dilakukan sebaik-baiknya, artinya : tangan dan semua peralatan seperti meja, pinset termasuk permukaan dan tutup botol dan polybag disucihamakan dengan dilap menggunakan alcohol 90% atau spiritus atau kreolyn.
Media tanam yang sudah diisi dengan bibit ini sementara diinkubasi dalam ruang tertentu yang angat untuk menumbuhkan miselium. Bila factor kelembaban dan temperature lingkungan sesuai, maka dalam waktu sekitar 1,5-2 bulan miselium akan dipeuhi media dalam polybag tersebut. Bila media tanam dalam polybag sudah dipenuhi miselium (berwarna putih), maka polybag yang berisi media tersebut dapat dipindahkan ke kumbung produksi untuk menumbuhkan tubuh buah.

  1. Budidaya untuk produksi tubuh buah
Kumbung produksi sebaiknya tidak dibangun berdekatan dengan kandang hewan. Kumbung produksi harus memenuhi beberapa ketentuan seperti factor temperature, kelembaban, cahaya dan lain-lain. Untuk memperbaiki kelembaban di dalam kumbung produksi, semua bagian dalam dinding dan atap harus dilapisi dengan plastic. Walaupun demikian jendela harus tetap ada terutama di bagian aats dan dasar sekeliling dinding. Adanya jendela ini akan berperan secara langsung terhadap temperature dan kelembaban di dalam kumbung. Selain itu dengabn adanya jendela yang dibuka pada waktu malam tetapi semua jendela ditutup waktu siang akan membantu perkawinan miselium sehingga membentuk tubuh buah. Fluktuasi temperature antara siang dan malam akan mempengaruhi terbantuknya tubuh buah. Selain itu sebelum polybag disusun dalam kumbung produksi untuk menumbuhkan tubuh buah, maka kumbung perlu difumigasi dengan uap formalin ditambah dengan KMnO4 (kalium permanganate), atau pestisida lainnya. Lantai kumbung ditaburi kapur dan penaburan kapur ini diulang setiap bulan. Sebab itu sebaiknya lantai kumbung terbuat dari batu bata yang ditata sedemikian rupa tanpa disemen. Ini akan membantu pengaturan kelembaban udara dalam kumbung.
Jamur Tiram
  1. Jamur tiram putih
Untuk tiram putih, polybag disusun vertical pada rak bamboo atau kayu. Setelah miselium memenuhi seluruh permukaan polybag, umumnya akan ada tubuh buah “nyelonong” melalui kapas penutup polybag. Selanjutnya plastic polybag di bawah ring dipotong melingkar sehingga permukaan media terbuka. Nantinya tubuh buah jamur tiram putih akan bermuncukan dari bagian yang terbuka ini.
Untuk memanen tubuh buah jamur tiram putih cukup dicabut saja dari media dan bagian pangkal tubuh buah (bungkil) dipotong.

  1. Jamur Tiram Coklat
Seperti halnya tiram putih, bila waktunya berproduksi, biasanya akan ada tubuh buah yang nyelonong. Ini pertanda, bahwa produksi akan segera dimulai. Khusus untuk jamur tiram coklat, plastic tidak perlu dipotong dan ring tidak dilepas. Disini ring berfungsi sebagai penyangga sehingga tubuh buah jamur tidak mudah rontok. Proses pemanenan sama dengan jamur tiram putih.

  1. Jamur Kuping
PEmindahan penyusunan polybag jamur kuping ke dalam kumbung produksi dilakukan bila miselium sudah tumbuh hingga 2/3 panjang polybag. Bila polybag sudah tersusun rapi, maka plastic di dekat ring di “silet” seperti tanda X dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm. Sejak dilakukan penyiletan di dekat ring, maka pemyemprotan (dengan sprayer) boleh diarahkan langsung mengenai polybag (untuk jamur kuping dan tiram) dilakukan 1-3 kali sehari di musim kemarau. DI musim hujan cukup sekali akan lebih baik, bila penyemprotan diarahkan ke lantai. Setelah 5-7 hari penyiletan plastic polybag, maka tunas tubuh buah mulai muncul. Jika bagian tepi jamur kuping sudah menipis, maka pemanenan dapat dilakukan dengan cara mencabutnya. Bagian pangkal dipotong seperti jamur tiram.

Untuk jamur tiram maupun jamur kuping dapat langsung dipasarkan atau dikonsumsi (dimasak). Khusus jamur kuping banyak dilakukan pengeringan dengan jalan mencucinya lebih dulu kemudian dijemur selama 3-4 hari (bila cuaca cerah).
Pencucian dan penjemuran yang baik akan menghasilkan permukaan jamur kuping yang berwara hitam itu mengkilap.

  1. Jamur Shiitake
Polybag jamur shiitake umumnya diletakkan vertical seperti pada jamur tiram putih. Bila seluruh permukaan sudah coklat tua akan diikuti dengan timbulnya benjolan-benjolan seperti bisul. Kini tiba saatnya untuk melepas ring tanpa membuang kapas penutup polybag. Setelah 3-4 hari kapas dibuang dan dibiarkan lagi 1-2 hari. Selanjutnya plastic dipermukaan atas sekeliling bekas tempat ring dipotong dan media yang sebagian plastiknya terbuka, kemudain dibalik tetapi tetap diletakkan di rak bamboo/kayu. PEnyiraman dengan cara penyemprotan air selama polybag dibalik boleh dikenakan di permukaan polybag. Ini dilakukan satu kali sehari saja selebihnya diarahkan ke lantai kumbung. Setelah 4-5 hari dibalik, kini polybag dibalik lagi seperti semula tetapi pembalikan ini disertai kejutan mekanik dengan jalan mengetuk bagian dasar polybag. Kini penyemprotan hanya ditujukan ke permukaan lantai. Bila tubuh buah sudah muncul, pemanenan biasanya dilakukan sebelum “paying” mekar penuh (unpeel). Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal tubuh buah dekat media tanam (Tidak dicabut seperti jamur tiram atau jamur kuping). Umumnya tangkai dipotong pendek dekan paying. Potongan tangkai ini di pasaran disebut kaki jamur. Baik paying dan kaki jamur dapat dijual segar maupun dikeringkan.

  1. Pembuatan Logwoods
Selain melalui pembuatan bag logs, budidaya jamur dapat juga dilakukan dengan cara membuat log wood. Teknik ini sebenarnya lebih menguntungkan karena yang digunakan sebagai media ialah batang kayu yang sudah lama mati dan tidak memerlukan proses sterilisasi media seperti pembuatan bag log. Rumah (kumbung) untuk budidaya jamur tidak perlu tertutup rapat (dinding) seperti pada budidaya menggunakan bag log. Di sini factor yang terpenting adalah atap (peneduh) dan penyiraman yang baik. Untuk mengurangi factor angina yang ikut mengurangi produksi dapat diatasi dengan menanam pohon pelindung seperti bamboo di sekitar “kumbung”.

Cara Pembuatan
Dicari batang kayu yang sudah mati dan biasanya kering benar. Untuk itu perlu dilakukan pengeboran atau dilubangi menggunakan pahat. Lubang dibuat dengan garis tengah sekitar 5-8 mm dengan kedalaman 15-25cm. Lubang ini dibuat berdekatan dengan beberapa model untuk mudahnya lihat gambar berikut
Ukuran lubang sangat ergantung pula pada ketersediaan bantang kayu yang telah mati.
Faktor lain yang ikut berperan dalam teknimk ini ialah kandungan air batang kayu tersebut (kelembaban). Sebab itu setelah batang kayu tadi dilubangi, perlu penyiraman/perendaman agar kelembaban batang kayu tersebut berkisar antara 35-55%.
Untuk temperature lingkungan yang optimal berkisar antara 22 – 25 oC. Oleh sebab itu ketinggian tempat dari permukaan air laut ikut menentukan temperature lingkungan, kelembaban udara, kecepatan angina, kualitas bibit dan jenis kayu menentukan keberhasilkan budidaya dengan teknik ini.
Sebagai bahan penutup lubang batang kayu setelah pengisian bibit, dapat digunakan paraffin (lilin) atau langsung ditutup menggunakan pasak dari jenis kayu yang lunak.
Keuntungan lain dari budidaya dengan teknik ini ialah waktu pemanenan amat panjang/lama dan menurut mereka yang mengejar cita rasa tinggi, mengatakan rasa jamur dari budidaya dengan teknik ini lebih enak dibandingkan jamur sejenis yang diperoleh dari budidaya baglog.
Kelemahan teknik budidaya ini, yaitu keberhasilannya dan keserempakan produksi lebih rendah dibandingkan menggunakan bag log. Disamping itu jarak waktu pengisian bibit hingga panen pertama budidaya dengan teknik wood log cukup lama (berkisar 5-6 bulan, bahkan lebih).

  1. Kontaminasi pada polybag
Kontaminasi pada media dalam polybag akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan dan perkembangan miselium. Biasanya ditunjukkan dengan timbulnya warna hitam, kuning, nila atau hijau pada media di dalam polybag sehingga tubuh buah tidak mungkin ke luar dari bagian ini.
Ada beberapa sumber yang menyebabkan terjadinya kontaminasi, antara lain :
  1. Proses sterilisasi media dalam polybag yang tidak sempurna
  2. Saat mengisi bibit F3 tidak antiseptic
  3. Plastik polybag yang cacat/berlubang sehingga spora jamur mikro atau bakteri, bahkan kutu dapat menyelundup masuk ke dalam media
  4. Kontaminasi kapas penutup polybag berada di dalam kumbung inkubasi. Oleh sebab itu sering kali saat polybag diinkubasi perlu disemprot dengan campuran kreolin (sabun ditambah fenol kristal) atau disemprot perasan kunyit.
  5. Kualitas/kebersihan air untuk penyiraman di dalam kumbung produksi perlu diperhatikan

Upaya mengatasi Hama
Untuk mengatasi hama yang muncul jangan sekali-kali menggunakan fungisida atau insektisida sintetik karena akan meninggalkan residu kimia yang dapat menurunkan produksi dan beberapa bagi kesehatan konsumen. Sebagai jalan yang keluar ialah menjaga kebersihan lingkungan, baik di luar kumbung maupun di dalam kumbung. Insektisida alami (nabati) banyak yang efektif untuk memberantas hama. Misalnya perasan daun/bisi pohon mamba (Azadirachtha indica), daun pegagan (Cenlella asiatica), daun tembakau (Nicotiana Tabaccum), umbi gadung (Dioscorea sp) dan lain-lain.
Hama yang banyak dijumpai dalam memproduksi jamur antara lain :
  1. Hama penggerek berupa ulat yang nantinya akan bermetamorfosa menjadi lalat atau sejenis kutu (jawa : kepik berwarna hitam)
  2. Siput tanpa cangkang
  3. Ulat kilan (uler gagak) berwarna hitam, jika berjalan tubuhnya membentuk huruf U terbalik
  4. Sejenis lalat buah yang berwarna hitam
  5. Tikus, reyap dll
 
Pemberian kapur di bagian luar dinding kumbung dan lantai di dalam kumbung amat membantu mempertahankan sanitasi kumbung produksi. Untuk mencegah rayap, maka kayu atau bamboo sebagai bahan bangunan kumbung perlu diolesi oli bekas (boleh dicampur minyak tanah). Masalahnya yang media di dalam polybag juga berupa kayu yang amat disukai rayap. Pada kaki rak bamboo/kayu akan lebih baik kalau dililit kain bekas yang diberi oli dan minyak tanah.

  1. Jamur beracun
Teknik mendeteksi toad tools (JAMUR YANG DIDUGA BERACUN) dengan analisis kimia : Warna tudung/paying mencolok
  1.  
  2. Senyawa Cholin
  3. Senyawa Mustardin
  4. Tumbuh di tempat kotor
  5. BErbau H2S (telur busuk)
  6. BErbau seperti CH4 (seperti gas rawa)
  7. Jika dimasak berubah warna, jika demikian jangan di makan
  8. Jika jamur dimasak kemudian ditempelkan pada nasi putih, akan mengubah warna nasi putih tadi. Jika ditempelkan ke perak akan mengubah warna perak menjadi hitam.
  9. Umumnya jamur yang tumbuh dari permukaan tanah 95% mengandung racun
  10. Pada stipe (Tangkai tudung jamur) terdapat cincing kecuali jamur merang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar