Tinjauan Umum Jamur
Jamur Tiram, Kuping, Shiitake dan
lain-lain merupakan jenis jamur kayu edible yang sering dibudidayakan saat ini.
Budidaya jamur kayu edible sebagai penambah ekonomi keluarga dengan
memanfaatkan lahan pekarangan (lahan tidak subur) dan pemanfaatan tenaga
keluraga sebagai (tidak langsung) pekerja. Lain dari itu, jamur berfungsi
sebagai individu pendaur ulang limbah serbuk kayu gergajian (selanjutnya
disebut serbuk kayu) atau semua bahan limbah yang masih mengandung senyawa
lignoselulotik seperti kulit kacang tanah, sepak tebu, jerami, seresah daun,
tongkol jagung, buangan dahan atau pohon yang telah mati di hutan dan
lain-lain.
Di Indonesia sumber tenaga kerja,
sumber daya alam (pekarangan) di pedesaan dan limbah lingo-selulotik tersedia
dalam jumlah yang cukup. Lain dari itu secara topografi Indonesia memiliki banyak dataran
tinggi yang mempunyai kelembaban udara yang tinggi dengan temperature yang
rendah. Keadaan yang demikian ditambah dengan adanya 2(dua) musim yaitu kemarau
dan hujan tanpa disertai musim salju seperti halnya di Negara 4 (empat) musim
sehingga memberikan kesempatan yang amat baik bagi semua masyarakat Indonesia
untuk melakukan budidaya jamur sepanjang tahun.
Beberapa hal penting dalam
budidaya jamur kayu edible, yaitu :
- Syarat Tumbuh
Jamur kayu biasanya menghendaki
temperature lingkungan berkisar antara 24o-26oC dengan
kelembaban udara berkisar RH 80-90%. Untuk itu ketinggian tempat berkisar,
antara 600-1000 meter dari permukaan laut atau lebih. Lain dari itu kecepatan
angina rata-rata harus relative lambat, karena itu akan berpengaruh langsung
terhadap kelembaban di tempat itu.
- Bibit Jamur
Bibit jamur kayu yang akan
dibudidayakan sebaiknya diperoleh dari perusahaan yang memang mengembangkan
jamur kayu edible. Ini untuk menghindari bbit yang meragukan terutama karena
ada jenisa jamur yang beracun. Biasanya bibit yang diinokulasi ke polybag ada
dalam tahap F3
- Tata Cara Pembuatan Bibit F2 dan F3
Penggunaan autoklaf
Autoklaf sebenarnya bukan kukusan
tetapi bertekanan dan dilengkapi dengan manometer (untuk mengetahui besar
tekanan uap air di dalamnya). Selain itu disertai dua buah klep (valve) Satu
klep berfungsi sebagai safety valve/pengaman (supaya tidak meledak bila pemakai
lengah sehingga tekanan melebihi batas yang telah diatur/diinginkan sesuai
kemampuan alat ini) dan satu lagi berfungsi untuk exhaust valve/pengeluaran.
Membuat bibit F1
Untuk membuat bibit F1 perlu
membuat cetakan spora (spore print). Jamur yang cukup tua diletakkan di atas
kertas atau plastic yang telak diolesi media. Spora yang jatuh ke permukaan
media di atas kertas/plastic tersebut akan membentuk cetakan spora (mirip sidik
jari). Jika spora sudah disterilisasi dapat ditanam pada media PDA sehingga
tumbuh misselium. Itu artinya bibit F1 sudah tersedia.
Membuat bibit F2 dan F3
Media untuk bibit F2, F3 dan
polybag sama, yaitu terdiri dari serbuk kayu gergajian 80%, bekatul 20%, CaCo3
1%, RH 60-65%, pH 6,8-7,2 (diatur dengan CaCo3 atau CaO). Campuran ini diatur
kelembaban berkisar antara 60-65%, yaitu dengan penambahan air. Walaupun
demikian ada juga yang menambah campuran tadi dengan bahan lain seperti urea,
KH2PO4 dan lain-lain.
Proses sterilisasinya sama dengan
sterilisasi F1, yaitu menggunakan autoklaf hanya saja waktu sterilisasinya
perlu ditambah 5-10 menit karena serbuk kayu merupakan bahan yang bersifat
isolator atau tidak mudah menyalurkan panas. Biasanya bibit F1 yang
diinokulasikan/dimasukkan untuk starter F2 tidak banyak, yaitu sekitar 1cm2.
Bila inokulasi ini berhasil, maka dalam 2(dua) minggu seluruh permukaan media
F2 di dalam botol bekas saus akan dipenuhi miselium. Kalau keadaan bibit F2
sudah benar-benar penuh miselium, maka tiba saatnya membuat bibit F3.
Media bibit F3 komposisinya sama
dengan F2. Sekitar 1 9satu) sendok the F2 diinokulasikan ke media F3 secara
antiseptic. Bila dalam dua minggu miselium sudah memenuhi seluruh permukaan
media bibit F3, maka tiba saatnya diinokulasikan ke polybag.
Untuk polybag dengan berat
sekitar 1 (satu) kg dan ukuran kantong plastic 28 x 15 cm, memerlukan waktu 1-2
bulan untuk setiap berproduksi tetapi waktu ini sangat bergantung pada jenis
dan keadaan lingkungan. Kesiapan untuk berproduksi ditunjukkan dengan penuhnya
miselium di seluruh permukaan polybag.
Perlu diingat, bahwa kantong
plastic yang digunakan untuk mengemas media dalam polybag (juga disebut dengan
nama baglog) terbuat dari palstik jenis Poly Propilene (PP) dengan ketebalan
0,05 mm atau lebih. Jika disterilisasi polybag yang dibuat mempunyai volume
atau berat polybag lebih berat dari 1 (satu) kg, maka waktu sterilisasi harus
diperpanjang. Untuk skala industri rumah tangga, biasanya digunakan drum bekas
ole. Dengan alat sterilisasi seperti ini polybag harus menggunakan waktu yang
lebih lama, biasanya sekitar 5-8 jam dalam keadaan mendidih. Sebab itu waktu
dilakukan sterilisasi air dalam drum jangan sampai habis kaerna plastic dan
serbuk kayu akan terbakar. Jika kompor/api sudah dimatikan jangan terburu-buru
mengeluarkan polybag, melainkan biarkan dulu sampai temperature agak turun
(hangat)
- Penenaman Bibit untuk Memperoleh Tubuh Buah
Setiap polybag diisi kira-kira 1
kg dan selanjutnya polybag diberi cincin plastic(ring), atau potongan pipa PVC
ata potongan bamboo dipasang di mulut polybag dan ditutup dengan kapas
berlemak. Pengisian bibit sebaiknya dilakukan di dalam kondisi antiseptic
(kalau mungkin ruang sterilisasi menggunakan lampu Ultra Violet Germicides).
Tata cara antiseptic perlu dilakukan sebaik-baiknya, artinya : tangan dan semua
peralatan seperti meja, pinset termasuk permukaan dan tutup botol dan polybag
disucihamakan dengan dilap menggunakan alcohol 90% atau spiritus atau kreolyn.
Media tanam yang sudah diisi
dengan bibit ini sementara diinkubasi dalam ruang tertentu yang angat untuk
menumbuhkan miselium. Bila factor kelembaban dan temperature lingkungan sesuai,
maka dalam waktu sekitar 1,5-2 bulan miselium akan dipeuhi media dalam polybag
tersebut. Bila media tanam dalam polybag sudah dipenuhi miselium (berwarna
putih), maka polybag yang berisi media tersebut dapat dipindahkan ke kumbung
produksi untuk menumbuhkan tubuh buah.
- Budidaya untuk produksi tubuh buah
Kumbung produksi sebaiknya tidak
dibangun berdekatan dengan kandang hewan. Kumbung produksi harus memenuhi
beberapa ketentuan seperti factor temperature, kelembaban, cahaya dan
lain-lain. Untuk memperbaiki kelembaban di dalam kumbung produksi, semua bagian
dalam dinding dan atap harus dilapisi dengan plastic. Walaupun demikian jendela
harus tetap ada terutama di bagian aats dan dasar sekeliling dinding. Adanya
jendela ini akan berperan secara langsung terhadap temperature dan kelembaban
di dalam kumbung. Selain itu dengabn adanya jendela yang dibuka pada waktu
malam tetapi semua jendela ditutup waktu siang akan membantu perkawinan
miselium sehingga membentuk tubuh buah. Fluktuasi temperature antara siang dan
malam akan mempengaruhi terbantuknya tubuh buah. Selain itu sebelum polybag
disusun dalam kumbung produksi untuk menumbuhkan tubuh buah, maka kumbung perlu
difumigasi dengan uap formalin ditambah dengan KMnO4 (kalium permanganate),
atau pestisida lainnya. Lantai kumbung ditaburi kapur dan penaburan kapur ini
diulang setiap bulan. Sebab itu sebaiknya lantai kumbung terbuat dari batu bata
yang ditata sedemikian rupa tanpa disemen. Ini akan membantu pengaturan
kelembaban udara dalam kumbung.
Jamur Tiram
- Jamur tiram putih
Untuk tiram putih, polybag
disusun vertical pada rak bamboo atau kayu. Setelah miselium memenuhi seluruh
permukaan polybag, umumnya akan ada tubuh buah “nyelonong” melalui kapas
penutup polybag. Selanjutnya plastic polybag di bawah ring dipotong melingkar
sehingga permukaan media terbuka. Nantinya tubuh buah jamur tiram putih akan
bermuncukan dari bagian yang terbuka ini.
Untuk memanen tubuh buah jamur
tiram putih cukup dicabut saja dari media dan bagian pangkal tubuh buah
(bungkil) dipotong.
- Jamur Tiram Coklat
Seperti halnya tiram putih, bila
waktunya berproduksi, biasanya akan ada tubuh buah yang nyelonong. Ini
pertanda, bahwa produksi akan segera dimulai. Khusus untuk jamur tiram coklat,
plastic tidak perlu dipotong dan ring tidak dilepas. Disini ring berfungsi
sebagai penyangga sehingga tubuh buah jamur tidak mudah rontok. Proses
pemanenan sama dengan jamur tiram putih.
- Jamur Kuping
PEmindahan penyusunan polybag
jamur kuping ke dalam kumbung produksi dilakukan bila miselium sudah tumbuh
hingga 2/3 panjang polybag. Bila polybag sudah tersusun rapi, maka plastic di
dekat ring di “silet” seperti tanda X dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm. Sejak dilakukan
penyiletan di dekat ring, maka pemyemprotan (dengan sprayer) boleh diarahkan
langsung mengenai polybag (untuk jamur kuping dan tiram) dilakukan 1-3 kali
sehari di musim kemarau. DI musim hujan cukup sekali akan lebih baik, bila
penyemprotan diarahkan ke lantai. Setelah 5-7 hari penyiletan plastic polybag,
maka tunas tubuh buah mulai muncul. Jika bagian tepi jamur kuping sudah
menipis, maka pemanenan dapat dilakukan dengan cara mencabutnya. Bagian pangkal
dipotong seperti jamur tiram.
Untuk jamur tiram maupun jamur
kuping dapat langsung dipasarkan atau dikonsumsi (dimasak). Khusus jamur kuping
banyak dilakukan pengeringan dengan jalan mencucinya lebih dulu kemudian
dijemur selama 3-4 hari (bila cuaca cerah).
Pencucian dan penjemuran yang
baik akan menghasilkan permukaan jamur kuping yang berwara hitam itu mengkilap.
- Jamur Shiitake
Polybag jamur
shiitake umumnya diletakkan vertical seperti pada jamur tiram putih. Bila
seluruh permukaan sudah coklat tua akan diikuti dengan timbulnya
benjolan-benjolan seperti bisul. Kini tiba saatnya untuk melepas ring tanpa
membuang kapas penutup polybag. Setelah 3-4 hari kapas dibuang dan dibiarkan
lagi 1-2 hari. Selanjutnya plastic dipermukaan atas sekeliling bekas tempat
ring dipotong dan media yang sebagian plastiknya terbuka, kemudain dibalik
tetapi tetap diletakkan di rak bamboo/kayu. PEnyiraman dengan cara penyemprotan
air selama polybag dibalik boleh dikenakan di permukaan polybag. Ini dilakukan
satu kali sehari saja selebihnya diarahkan ke lantai kumbung. Setelah 4-5 hari dibalik,
kini polybag dibalik lagi seperti semula tetapi pembalikan ini disertai kejutan
mekanik dengan jalan mengetuk bagian dasar polybag. Kini penyemprotan hanya
ditujukan ke permukaan lantai. Bila tubuh buah sudah muncul, pemanenan biasanya
dilakukan sebelum “paying” mekar penuh (unpeel). Pemanenan dilakukan dengan
cara memotong pangkal tubuh buah dekat media tanam (Tidak dicabut seperti jamur
tiram atau jamur kuping). Umumnya tangkai dipotong pendek dekan paying.
Potongan tangkai ini di pasaran disebut kaki jamur. Baik paying dan kaki jamur
dapat dijual segar maupun dikeringkan.
- Pembuatan Logwoods
Selain melalui
pembuatan bag logs, budidaya jamur dapat juga dilakukan dengan cara membuat log
wood. Teknik ini sebenarnya lebih menguntungkan karena yang digunakan sebagai
media ialah batang kayu yang sudah lama mati dan tidak memerlukan proses
sterilisasi media seperti pembuatan bag log. Rumah (kumbung) untuk budidaya
jamur tidak perlu tertutup rapat (dinding) seperti pada budidaya menggunakan
bag log. Di sini factor yang terpenting adalah atap (peneduh) dan penyiraman
yang baik. Untuk mengurangi factor angina yang ikut mengurangi produksi dapat
diatasi dengan menanam pohon pelindung seperti bamboo di sekitar “kumbung”.
Cara Pembuatan
Dicari batang kayu
yang sudah mati dan biasanya kering benar. Untuk itu perlu dilakukan pengeboran
atau dilubangi menggunakan pahat. Lubang dibuat dengan garis tengah sekitar 5-8
mm dengan kedalaman 15-25cm. Lubang ini dibuat berdekatan dengan beberapa model
untuk mudahnya lihat gambar berikut
Ukuran lubang
sangat ergantung pula pada ketersediaan bantang kayu yang telah mati.
Faktor lain
yang ikut berperan dalam teknimk ini ialah kandungan air batang kayu tersebut
(kelembaban). Sebab itu setelah batang kayu tadi dilubangi, perlu
penyiraman/perendaman agar kelembaban batang kayu tersebut berkisar antara
35-55%.
Untuk
temperature lingkungan yang optimal berkisar antara 22 – 25 oC. Oleh sebab itu
ketinggian tempat dari permukaan air laut ikut menentukan temperature lingkungan,
kelembaban udara, kecepatan angina, kualitas bibit dan jenis kayu menentukan
keberhasilkan budidaya dengan teknik ini.
Sebagai bahan
penutup lubang batang kayu setelah pengisian bibit, dapat digunakan paraffin
(lilin) atau langsung ditutup menggunakan pasak dari jenis kayu yang lunak.
Keuntungan lain
dari budidaya dengan teknik ini ialah waktu pemanenan amat panjang/lama dan
menurut mereka yang mengejar cita rasa tinggi, mengatakan rasa jamur dari
budidaya dengan teknik ini lebih enak dibandingkan jamur sejenis yang diperoleh
dari budidaya baglog.
Kelemahan
teknik budidaya ini, yaitu keberhasilannya dan keserempakan produksi lebih
rendah dibandingkan menggunakan bag log. Disamping itu jarak waktu pengisian
bibit hingga panen pertama budidaya dengan teknik wood log cukup lama (berkisar
5-6 bulan, bahkan lebih).
- Kontaminasi pada polybag
Kontaminasi pada media dalam
polybag akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan dan perkembangan miselium.
Biasanya ditunjukkan dengan timbulnya warna hitam, kuning, nila atau hijau pada
media di dalam polybag sehingga tubuh buah tidak mungkin ke luar dari bagian
ini.
Ada beberapa sumber yang menyebabkan
terjadinya kontaminasi, antara lain :
- Proses sterilisasi media dalam polybag yang tidak sempurna
- Saat mengisi bibit F3 tidak antiseptic
- Plastik polybag yang cacat/berlubang sehingga spora jamur mikro atau bakteri, bahkan kutu dapat menyelundup masuk ke dalam media
- Kontaminasi kapas penutup polybag berada di dalam kumbung inkubasi. Oleh sebab itu sering kali saat polybag diinkubasi perlu disemprot dengan campuran kreolin (sabun ditambah fenol kristal) atau disemprot perasan kunyit.
- Kualitas/kebersihan air untuk penyiraman di dalam kumbung produksi perlu diperhatikan
Upaya mengatasi Hama
Untuk mengatasi hama yang muncul jangan sekali-kali
menggunakan fungisida atau insektisida sintetik karena akan meninggalkan residu
kimia yang dapat menurunkan produksi dan beberapa bagi kesehatan konsumen.
Sebagai jalan yang keluar ialah menjaga kebersihan lingkungan, baik di luar
kumbung maupun di dalam kumbung. Insektisida alami (nabati) banyak yang efektif
untuk memberantas hama.
Misalnya perasan daun/bisi pohon mamba (Azadirachtha indica), daun pegagan
(Cenlella asiatica), daun tembakau (Nicotiana Tabaccum), umbi gadung (Dioscorea
sp) dan lain-lain.
Hama yang banyak dijumpai dalam memproduksi
jamur antara lain :
- Hama penggerek berupa ulat yang nantinya akan bermetamorfosa menjadi lalat atau sejenis kutu (jawa : kepik berwarna hitam)
- Siput tanpa cangkang
- Ulat kilan (uler gagak) berwarna hitam, jika berjalan tubuhnya membentuk huruf U terbalik
- Sejenis lalat buah yang berwarna hitam
- Tikus, reyap dll
Pemberian kapur di bagian luar
dinding kumbung dan lantai di dalam kumbung amat membantu mempertahankan
sanitasi kumbung produksi. Untuk mencegah rayap, maka kayu atau bamboo sebagai
bahan bangunan kumbung perlu diolesi oli bekas (boleh dicampur minyak tanah).
Masalahnya yang media di dalam polybag juga berupa kayu yang amat disukai
rayap. Pada kaki rak bamboo/kayu akan lebih baik kalau dililit kain bekas yang
diberi oli dan minyak tanah.
- Jamur beracun
Teknik mendeteksi toad tools
(JAMUR YANG DIDUGA BERACUN) dengan analisis kimia : Warna tudung/paying
mencolok
- Senyawa Cholin
- Senyawa Mustardin
- Tumbuh di tempat kotor
- BErbau H2S (telur busuk)
- BErbau seperti CH4 (seperti gas rawa)
- Jika dimasak berubah warna, jika demikian jangan di makan
- Jika jamur dimasak kemudian ditempelkan pada nasi putih, akan mengubah warna nasi putih tadi. Jika ditempelkan ke perak akan mengubah warna perak menjadi hitam.
- Umumnya jamur yang tumbuh dari permukaan tanah 95% mengandung racun
- Pada stipe (Tangkai tudung jamur) terdapat cincing kecuali jamur merang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar