JAMUR TIRAM JOMBANG Budidaya jamur tiram | Bibit jamur tiram | Bisnis jamur tiram | Jamur tiram putih | Harga jamur tiram | Cara budidaya jamur tiram | Media budidaya jamur tiram | Analisa budidaya jamur tiram | Proposal budidaya jamur tiram | Teknik budidaya jamur tiram | Budidaya jamur tiram. Alamat : Dsn. Kedungcangkring, Ds. Kedungbogo, Kec. Ngusikan, Jombang. HUb. DIAN HIDAYATULLOH 085655219052,INVITE PIN BBM 74629180, EMAIL : dianhidayatulloh@gmail.com
Laman
Harap klik dibawah ini !!
Harap Klik disini !!
Kamis, 03 Januari 2013
cara bisnis jamur tiram
Cara Budidaya Jamur Tiram di Daerah Panas
Berada di daerah yang cukup panas
kini tidak perlu takut lagi untuk mencoba budidaya jamur tiram. Ada
banyak cara untuk menyiasati kondisi lingkungan tersebut.
Biasanya pertumbuhan jamur tiram akan optimal sepanjang tahun bila lokasi budidayanya sesuai dengan habitat aslinya, yakni di kawasan pegunungan atau di daerah dataran dengan ketinggian antara 400-800 meter di atas permukaan air laut (mdpl), serta memiliki suhu udara sekitar 20-28°C dengan tingkat kelembapan sekitar 70% sampai 80%. Lalu bisakah jamur tiram dibudidayakan di daerah panas?
Bagi Anda yang berada di daerah dataran rendah khususnya di lingkungan yang cukup panas, kini tidak perlu takut lagi untuk mencoba budidaya jamur tiram. Sebab ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk menyiasati kondisi lingkungan di sekitar Anda. Untuk mengetahui informasi selengkapnya, mari kita bahas bersama beberapa tips bisnis yang bisa Anda gunakan untuk membudidayakan jamur tiram di daerah panas.
Pertama, langkah mudah yang bisa Anda coba yaitu membuat bangunan kumbung jamur dengan sistem sirkulasi buka tutup. Yang dimaksud buka tutup disini adalah menutup sirkulasi kumbung jamur di siang hari agar kelembapan di dalamnya tetap terjaga, dan membukanya pada malam hari sehingga suhu ruangan di dalam kumbung jamur bisa lebih dingin.
Kedua, gunakan bahan atap yang tidak menyerap panas. Hal ini penting agar intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam kumbung jamur tidak berlebihan. Beberapa bahan yang bisa Anda gunakan sebagai atap kumbung jamur antara lain anyaman bambu, atau genteng.
Ketiga, faktor kelembapan merupakan syarat utama yang harus terpenuhi dalam budidaya jamur tiram, sebab kelembapan udara sangat berpengaruh pada pertumbuhan jamur. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda bisa meletakkan beberapa tong/wadah air di dalam kumbung jamur untuk meningkatkan kelembapan ruangan.
Keempat, karena lokasi budidaya jamur berada di daerah panas, maka usahakan untuk membuat bangunan kumbung di tempat yang teduh atau dekat dengan pepohonan. Selain itu hindari pula pembuatan pintu kumbung yang berada di arah matahari terbit atau terbenam, hal ini dilakukan untuk mencegah sinar matahari langsung masuk ke ruangan kumbung.
Kelima, lindungi sekitar lokasi kumbung dari sinar matahari langsung yang terlalu menyengat. Anda bisa melakukannya dengan cara menanam banyak pohon rindang (perdu) disekeliling kumbung jamur.
Keenam, untuk memperlancar sirkulasi udara di dalam kumbung jamur tiram, usahakan tinggi bangunan kumbung dibuat lebih tinggi atau tidak kurang dari 4 meter.
Ketujuh, perhatikan rak penyimpanan baglog jamur yang dibuat. Bila di daerah dingin rak yang dibuat pada kumbung jamur bisa mencapai 5 tingkat, pastikan rak yang dibuat di daerah panas tidak lebih dari 3 tingkat.
Kedelapan, karena lokasi kumbung jamur berada di daerah panas, maka sebisa mungkin lakukan penyiraman lebih sering dibandingkan di daerah pegunungan. Penyiraman baglog jamur bisa Anda lakukan minimal 3 kali dalam sehari.
Nah, dengan demikian Anda tidak perlu khawatir jika ingin mmbudidayakan jamur tiram tetapi daerah Anda merupakan daerah yang panas. Silahkan mencoba peluang bisnis jamur dimanapun Anda tinggal. Mulai dari yang kecil, mulai dari yang mudah, mulai dari sekarang! Salam sukses.
Sumber gambar : http://sumarsih07.files.wordpress.com/2010/01/di-kumbung-jamur.jpg dan http://st281560.sitekno.com/images/art_16550.jpg
peluang bisnis jamur tiram
peluang bisnis jamur tiram
Makin banyak orang yang mengonsumsi jamur tiram. Tak pelak, usaha budidaya jamur jenis ini pun menjamur. Di alam bebas, jamur bernama Latin Pleurotus ostreatus itu banyak tumbuh pada tanaman kayu yang telah mati atau layu. Makanya, tanaman ini juga sering disebut jamur kayu.
Lantaran budidayanya tidak susah, belakangan banyak orang yang tertarik membudidayakannya. Selain gampang, budidaya jamur tiram juga menguntungkan karena permintaannya tinggi. "Budidaya jamur tiram jauh lebih mudah dibandingkan jamur lain, seperti jamur kuping dan jamur hitam," ujar Satya Wahyu, pebudidaya jamur tiram di Simo Gunung, Surabaya, Jawa Timur.
Selain melakukan budidaya, Satya juga menjadi pedagang pengumpul alias pengepul jamur tiram dalam jumlah besar. Dia mulai membudidayakan jamur tiram sejak tahun 2010 lalu. Namun, baru mulai awal tahun 2012 ia menjadi pengepul jamur tiram.
Kini, Satya mampu menjual minimal 51 ton jamur tiram dalam sebulan. Jamur sebanyak itu dia pasok ke sebuah perusahaan yang sudah menjalin kontrak kerja sama dengannya.
Perusahaan yang menjadi mitra Satya kemudian mengekspor jamur tiram. "Setiap bulan saya rutin menjual 50 ton bagi perusahaan itu," ujarnya.
Sementara, secara ritel Satya melego satu dua ton jamur tiram. Harga jamur tiram saat ini mencapai ?Rp 10.000 per kg. Dengan harga tersebut, omzetnya dalam sebulan bisa mencapai Rp 500 juta. Adapun laba bersihnya sekitar 10% hingga 20% dari pendapatan.
Laba menjadi pengepul memang tidak sebesar bila membudidayakan sendiri. Satya bilang, keuntungan dari budidaya sendiri bisa mencapai 80%. Namun, menurutnya, bila menjual dalam partai besar seperti 50 ton susah untuk dipenuhi dari hasil budidaya sendiri. "Mencari lokasi budidayanya yang sulit," katanya.
Satya menjelaskan, harga satu bibit jamur tiram yang dijual di pasaran berkisar antara Rp 3.000-Rp 6.000 per pot plastik. Satu pot plastik bisa dipanen dalam enam hingga sepuluh kali dengan berat per pot mencapai setengah kg jamur.
Maka, satu pot bisa menghasilkan uang hingga Rp 40.000. Dengan biaya budidaya yang mini, tentu keuntungan budidaya sendiri jauh lebih besar.
Pelanggan yang kerap membeli jamur tiram dari Satya adalah perusahaan asal Mojokerto dan juga pembeli ritel di kawasan Surabaya. Secara ritel, ia juga rutin memasok permintaan dari luar Jawa semisal Banjarmasin dan Balikpapan.
Permintaan jamur tiram yang tinggi berkat maraknyamakanan olahan jamur yang sekarang banyak beredar di pasar. Selain diolah menjadi aneka camilan seperti jamur crispy, "Jamur tiram juga banyak diolah makanan sehat lain semacam mi ayam jamur," jelas Satya.
Pembudidaya jamur tiram lainnya adalah Ozzy Manoach asal Prige, Pasuruan, Jawa Timur. Beda dengan Satya, ia fokus berprofesi sebagai pembudidaya jamur tiram. Namun, di bisnis ini, Ozzy memang terhitung masih pendatang anyar. Ozzy baru memulai usaha ini pada Januari 2012 lalu. Kendati masih gres, Ozzy sudah mengantongi omzet sekitar Rp 25 juta per bulan. Penghasilan itu dia dapat dari hasil panen jamur sekitar 2,5 ton per bulan.
Ozzy menjual jamur tiram dengan harga Rp 10.000 per kg kepada pengepul. Dia menuturkan, prospek budidaya jamur tiram sangat baik karena permintaan pasar cukup tinggi.
Harganya di pasaran juga lumayan tinggi. Di pasar tradisional, misalnya, harganya berkisar Rp 18.000-Rp 20.000 per kg. Sedang di supermarket bisa mencapai Rp 35.000-Rp 60.000 per kg. Dari hasil budidaya, margin yang Ozzy kantongi mencapai 40% dari pendapatan. Selain di wilayah Jawa Timur, Ozzy biasa menjual jamurnya hingga ke Jakarta. Selain jamur tiram, dia juga melego pelbagai perlengkapanyang dibutuhkan untuk budidaya tanaman ini.
Ambil contoh, media tanam jamur tiram dan tempat untuk memperbesar jamur tiram hingga bisa panen. Tempat memperbesar jamur ini Ozzy sebut rumah jamur atau kumbung yang terbuat dari bambu dan disusun bertingkat. Bila tertarik, silakan hitung cermat.
sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/jamur-tiram-budidayanya-menjanjikan-1/2012/08/10
Makin banyak orang yang mengonsumsi jamur tiram. Tak pelak, usaha budidaya jamur jenis ini pun menjamur. Di alam bebas, jamur bernama Latin Pleurotus ostreatus itu banyak tumbuh pada tanaman kayu yang telah mati atau layu. Makanya, tanaman ini juga sering disebut jamur kayu.
Lantaran budidayanya tidak susah, belakangan banyak orang yang tertarik membudidayakannya. Selain gampang, budidaya jamur tiram juga menguntungkan karena permintaannya tinggi. "Budidaya jamur tiram jauh lebih mudah dibandingkan jamur lain, seperti jamur kuping dan jamur hitam," ujar Satya Wahyu, pebudidaya jamur tiram di Simo Gunung, Surabaya, Jawa Timur.
Selain melakukan budidaya, Satya juga menjadi pedagang pengumpul alias pengepul jamur tiram dalam jumlah besar. Dia mulai membudidayakan jamur tiram sejak tahun 2010 lalu. Namun, baru mulai awal tahun 2012 ia menjadi pengepul jamur tiram.
Kini, Satya mampu menjual minimal 51 ton jamur tiram dalam sebulan. Jamur sebanyak itu dia pasok ke sebuah perusahaan yang sudah menjalin kontrak kerja sama dengannya.
Perusahaan yang menjadi mitra Satya kemudian mengekspor jamur tiram. "Setiap bulan saya rutin menjual 50 ton bagi perusahaan itu," ujarnya.
Sementara, secara ritel Satya melego satu dua ton jamur tiram. Harga jamur tiram saat ini mencapai ?Rp 10.000 per kg. Dengan harga tersebut, omzetnya dalam sebulan bisa mencapai Rp 500 juta. Adapun laba bersihnya sekitar 10% hingga 20% dari pendapatan.
Laba menjadi pengepul memang tidak sebesar bila membudidayakan sendiri. Satya bilang, keuntungan dari budidaya sendiri bisa mencapai 80%. Namun, menurutnya, bila menjual dalam partai besar seperti 50 ton susah untuk dipenuhi dari hasil budidaya sendiri. "Mencari lokasi budidayanya yang sulit," katanya.
Satya menjelaskan, harga satu bibit jamur tiram yang dijual di pasaran berkisar antara Rp 3.000-Rp 6.000 per pot plastik. Satu pot plastik bisa dipanen dalam enam hingga sepuluh kali dengan berat per pot mencapai setengah kg jamur.
Maka, satu pot bisa menghasilkan uang hingga Rp 40.000. Dengan biaya budidaya yang mini, tentu keuntungan budidaya sendiri jauh lebih besar.
Pelanggan yang kerap membeli jamur tiram dari Satya adalah perusahaan asal Mojokerto dan juga pembeli ritel di kawasan Surabaya. Secara ritel, ia juga rutin memasok permintaan dari luar Jawa semisal Banjarmasin dan Balikpapan.
Permintaan jamur tiram yang tinggi berkat maraknyamakanan olahan jamur yang sekarang banyak beredar di pasar. Selain diolah menjadi aneka camilan seperti jamur crispy, "Jamur tiram juga banyak diolah makanan sehat lain semacam mi ayam jamur," jelas Satya.
Pembudidaya jamur tiram lainnya adalah Ozzy Manoach asal Prige, Pasuruan, Jawa Timur. Beda dengan Satya, ia fokus berprofesi sebagai pembudidaya jamur tiram. Namun, di bisnis ini, Ozzy memang terhitung masih pendatang anyar. Ozzy baru memulai usaha ini pada Januari 2012 lalu. Kendati masih gres, Ozzy sudah mengantongi omzet sekitar Rp 25 juta per bulan. Penghasilan itu dia dapat dari hasil panen jamur sekitar 2,5 ton per bulan.
Ozzy menjual jamur tiram dengan harga Rp 10.000 per kg kepada pengepul. Dia menuturkan, prospek budidaya jamur tiram sangat baik karena permintaan pasar cukup tinggi.
Harganya di pasaran juga lumayan tinggi. Di pasar tradisional, misalnya, harganya berkisar Rp 18.000-Rp 20.000 per kg. Sedang di supermarket bisa mencapai Rp 35.000-Rp 60.000 per kg. Dari hasil budidaya, margin yang Ozzy kantongi mencapai 40% dari pendapatan. Selain di wilayah Jawa Timur, Ozzy biasa menjual jamurnya hingga ke Jakarta. Selain jamur tiram, dia juga melego pelbagai perlengkapanyang dibutuhkan untuk budidaya tanaman ini.
Ambil contoh, media tanam jamur tiram dan tempat untuk memperbesar jamur tiram hingga bisa panen. Tempat memperbesar jamur ini Ozzy sebut rumah jamur atau kumbung yang terbuat dari bambu dan disusun bertingkat. Bila tertarik, silakan hitung cermat.
sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/jamur-tiram-budidayanya-menjanjikan-1/2012/08/10
Kegagalan dalam budidaya jamur tiram
Kegagalan dalam budidaya jamur tiram
Dalam
pembuatan baglog jamur tiram, seringkali timbul yellow spot, green
spot, gagal menumbuhkan miselium, perkembangan miselium lambat, baglog
membusuk, dsb.
Kegagalan ini sebenarnya disebabkan oleh berbagai macam faktor, memang faktor kegagalan ini harus juga diperhitungkan agar kita siap dalam mengantisipasinya.
Kegagalan ini sebenarnya disebabkan oleh berbagai macam faktor, memang faktor kegagalan ini harus juga diperhitungkan agar kita siap dalam mengantisipasinya.
Seringkali faktor sterilisasi media dianggap sebagai satu-satunya sebab dalam kegagalan.
Padahal proses sterilisasi media hanya merupakan salah satu penyebab saja. Dalam berbagai analisa rekan-rekan, literatur, pengalaman, faktor-faktor kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam sebab. Posting kali ini mencoba sedikit menganalisa sebab-sebab tersebut dan sedikit antisipasinya.
Jika dari sahabat dan rekan-rekan memiliki pengalaman yang lain kami mohon kritik, saran, dan tentunya feedback nya agar juga menambahkan posting ini.
Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya.
Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya
Padahal proses sterilisasi media hanya merupakan salah satu penyebab saja. Dalam berbagai analisa rekan-rekan, literatur, pengalaman, faktor-faktor kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam sebab. Posting kali ini mencoba sedikit menganalisa sebab-sebab tersebut dan sedikit antisipasinya.
Jika dari sahabat dan rekan-rekan memiliki pengalaman yang lain kami mohon kritik, saran, dan tentunya feedback nya agar juga menambahkan posting ini.
Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya.
Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya
Faktor PH
Dalam
pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus
diperhatikan dengan benar di kisaran 7. PH yang terlalu basa (poin 7
keatas hingga 8) akan menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH ini lah,
dalam budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan dari
masing-masing pebudidaya memang lain-lain, tapi tujuannya satu yaitu
menurunkan PH serbuk gergajian. Metoda itu antara lain:
- Setelah mencampur, dibiarkan semalam, lalu baru dimasukkan ke dalam kantong baglog
- Dengan mencampurkan EM4 untuk mempercepat pengomposan
- Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu dibiarkan minimal 3 minggu untuk pengomposannya.
Faktor AIR
Dalam
menambahkan kadar air, seringkali kita memang tidak memeriksa air yang
digunakan. Ada yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau malah air
kali biasa. Kandungan kimia pada air tersebut terkadang tidak kita
ketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa menggagalkan
dalam proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara
sederhana untuk mengatasinya adalah, air yang akan kita gunakan
hendaknya diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan arang untuk
menetralisir dan memurnikan air.
Faktor campuran yang kurang baik
Kadar
dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pebudidaya,
tetapi rata-rata menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada yang maksimal
hingga 20% dari berat gergajian. Nutrisi yang kami maksud di sini
adalah perbandingan bekatul atau jagung.
Pastikan bahan yang digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya kualitasnya juga harus baik.
Penting
sekali untuk segera melakukan sterilisasi setelah campuran dimasukkan
ke dalam kantong baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik,
akan timbul gas fermentasi yang dapat melambatkan tingkat kecepatan
tumbuh miselium nantinya, atau bahkan menghentikannya sama sekali.
Faktor sterilisasi
Nah..
faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodanya banyak
sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton,
plat baja. Ada yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler
sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang
digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 100 derajat C
dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril
tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah ditanamkan bibit di
dalamnya.
Air yang digunakan dalam memanaskan baglog juga sebaiknya harus selalu baru dan bersih.
Faktor kesalahan dalam inokulasi
Dalam
melakukan inokulasi bibit jamur tiram putih, kondisi baglog setelah
melalui proses sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas..
Suhu
baglog yang masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu
juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan
kegagalan.
Suhu yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat sedikit, tapi tidak panas)
Jangan
pula misalnya sudah lebih dari 2 hari keluar dari steamer proses
sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini sudah terlalu dingin.
Faktor bibit jamur yang kurang baik
Bibit
jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat
keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini
sangat menentukan keberhasilan. Jangan menggunakan bibit yang sudah
terlalu tua. Itu sebabnya sebaiknya jika membeli bibit, janganlah yang
kondisi sudah 100% miseliumnya, karena kita sendiri tidak tahu sudah
berapa lama umur bibit itu sendiri. Bibit yang sudah terlalu tua
(apalagi sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang
berumur masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik.
Dalam
membeli bibit sebaiknya dalam kondisi 70% atau 80% miseliumnya. Dan
segera digunakan setelah miselium menyelimuti botol (100%). Jika masih
tertunda penggunaannya, maksimal seminggu setelah miselium bibit
mencapai 100% sudah harus digunakan.
Dalam pembuatan bibit juga perlu diperhatikan dengan baik sejak dari proses di PDA. Jika perkembangan miselium di PDA sangat tebal dan bagus, InsyaALLAH selanjutnya jika diturunkan ke F1 dan F2 akan bagus terus. Contoh PDA yang bagus seperti pada foto botol sebelah kiri.
Dalam pembuatan bibit juga perlu diperhatikan dengan baik sejak dari proses di PDA. Jika perkembangan miselium di PDA sangat tebal dan bagus, InsyaALLAH selanjutnya jika diturunkan ke F1 dan F2 akan bagus terus. Contoh PDA yang bagus seperti pada foto botol sebelah kiri.
Komposisi bibit
Ada
baiknya kita juga tahu komposisi nutrisi dari bibit yang akan kita
gunakan. Komposisi nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan kualitas
kekuatan miselium dalam perkembangan di baglog nantinya. Indikasi
sederhananya dapat terlihat pada warna putih miselium di botol bibit.
Jika putihnya berwarna sangat putih, ini mengindikasikan nutrisi nya
baik, tapi jika warna putihnya hanya semu saja, ini mengindikasikan
nutrisi yang digunakan kurang.
tampak foto miselium putihnya tebal
walaupun masih kondisi 20%
walaupun masih kondisi 20%
Faktor kebersihan ruang inkubasi
Pada
ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga
harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati
dengan baik, dan perkembangan miselium juga baik, tetali karena ruang
inkubasi kurang bersih, perkembangan miselium justruk menjadi lambat dan
malah terhenti sama sekali. Ada baiknya ruang inkubasi secara rutin
dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan formalin 2% sebelum diisi
baglog, ini untuk meyakinkan bersih dan sterilnya ruang inkubasi itu
sendiri.
Mungkin masih ada beberapa faktor lagi yang terlewat bisa ditambahkan kemudian..
sumber :http://jamursekolahdolan.blogspot.com/2010/10/kegagalan-dalam-budidaya-jamur-tiram.html
Langganan:
Postingan (Atom)